Selasa, 24 November 2009

SHe's the MAN

Bangun tidur ku terus mandi
Tidak lupa menggosok gigi


Naoto menggeliat di atas kasurnya, rasa malas masih menguasai seluruh tubuhnya. Ingin rasanya dia meringkuk dan kembali terlelap dalam tidurnya jika saja dia tak ingat dimana dia berada sekarang. Ya, dia ada di Ryokubita, tepatnya di asrama Kiku yang katanya tempat untuk anak-anak yang optimis, percaya diri dan ceria.
Naoto banget gitu , lho! Dengan malas, akhirnya Naoto mengangkat badannya dan duduk di atas kasurnya—bengong mengumpulkan roh-roh yang masih berseliweran entah kemana. Menghirup nafas dalam-dalam seolah-olah dengan begitu roh-rohnya yang masih membandel bisa tersedot masuk melalui lubang hidungnya. Naoto mengerjap-ngerjapkan matanya, mengusir kantuk.

Sudut browniesnya menangkap sosok Hiromi yang sedang melangkah keluar dari kamar dengan membawa peralatan mandi dan handuk tersampir di pundaknya. Oh, benar juga. Dia berencana mencoba onsen yang ada di Ryokubita. Bocah jangkung itu sempat batal jalan-jalan ke onsen bersama keluarganya karena dia terpaksa dirawat di rumah sakit selama 3 bulan. Kali ini, onsen hanya berjarak sangat dekat—tepatnya masih dalam lingkungan sekolah. Keren juga sekolah ini, fasilitasnya lengkap. Bahkan ada kuil segala.
Mana tahan!

Akhirnya bocah jangkung itu memutuskan untuk menyusul Hiromi ke onsen. Diambilnya selembar handuk dari dalam tasnya beserta peralatan mandi lalu melenggang dengan gaya khasnya yang setengah nge-
beat langsung menuju onsen laki-laki. Ya iya, masa masuk ke onsen perempuan? Bisa-bisa muka gantengnya ini habis ditimpuki ember oleh anak-anak perempuan. Sebenarnya ingin mencoba pura-pura salah masuk, sih. Tapi, rasanya tidak etis bila dilakukan di hari-hari pertamanya di Ryokubita.

Karena itulah bocah itu langsung membuka pintu masuk ke onsen laki-laki dan melangkah mendekati onsen dimana Hiromi sudah asyik berendam disana bersama seorang cowok ganteng yang wajahnya memerah dan tergagap saat berbicara dengan Hiromi. Ada dua orang cowok lain disana, salah satunya adalah kakak penjual tongkat yang memberinya tongkat Kappa Kribo paling keren sedunia.

Bocah itu melepas bajunya dan meletakkan bawaannya di pinggir onsen,
"Awaaaaasss!" Dan tanpa basa-basi bocah jangkung itu melompat dengan sukses—membuat deburan keras yang menyiram kemana-mana. "YAHOOO—"

*****

"YAHOO!!"

Sekujur tubuh bocah jangkung itu sekarang basah kuyup, jelas saja, orang-orang di sekitarnya yang menjadi korban tindakan noraknya saja basah kuyup apalagi sang pelaku. Bocah itu mengusapkan kedua telapak tangannya ke wajahnya lalu mendorongnya ke atas, sehingga rambutnya yang menutupi wajah kini rapi menempel di atas kepalanya. Cengiran usil khas Naoto tertera jelas di wajahnya saat dia mengayunkan kakinya di dalam air untuk menghampiri Hiromi dan ketiga orang disana.
"Ohayou." Bocah itu kemudian bersandar di pinggiran onsen di samping Hiromi.

"Halo, Naoto-kun~! Pagi-pagi sudah semangat sekali, ya? Dan onsennya sekarang jadi ramai~! Tadi Hiro sendirian terus, sih, menyebalkan sekali! Tapi sekarang sudah ramai, iya kan?" Nah, Hiromi sudah memecahkan suasana dengan gaya bicara panjang lebar khas perempuannya. Lucu. Anak itu sedikit banyak mengingatkannya pada Kou. Meski Kou tidak secerewet Hiromi, sih.

"Halo, Hiro-chan. Baru pertama kali ke onsen, maklum. Bukankah kau berempat dengan mereka?" ujar Naoto sambil mengendikkan kepalanya menunjuk ke arah tiga cowok yang juga sedang berendam di onsen. "Kau kesepian tanpa aku, ya?" Naoto menggoda Hiromi sambil mencuil dagu anak itu dengan jari telunjuknya. Kemudian bocah itu melemparkan pandangan pada anak cowok yang gagap dan memerah karena berbicara dengan Hiromi. Ngakunya, sih kulitnya tidak tahan air panas. Padahal, Naoto yakin bocah satu itu terkejut melihat Hiromi ada di onsen laki-laki. Untung saja Naoto sekamar dengan Hiromi sehingga dia sudah mengetahui kenyataan itu sejak semalam. Jangan-jangan dia sempat naksir pada Hiromi? Senyuman nakal langsung terhias di wajah Naoto.

"Hey, kalau tak tahan air panas sebaiknya kau jangan berlama-lama berendam. Nanti kulit halusmu itu matang direbus onsen, lho," seru Naoto pada anak lelaki berwajah merah itu, "atau jangan-jangan sebenarnya kau grogi berdekatan dengan Hiro-chan yang manis?"

Demi air onsen yang panas mendidih, demi kulit anak itu terebus hingga matang, demi dua anak cowok yang sedang gosok-gosok punggung di belakangnya. Si muka merah bukannya menjawab pertanyaannya malah menuduh dirinya dan seorang cowok yang baru akan masuk onsen kentut!
Tsk—grogi sampai terkentut-kentut, Nak? Kasihan sekali. Naoto tertawa terbahak-bahak.

“Memangnya kau kira kentut keluar dari mata kaki, heh?” sergah si cowok yang baru saja memasukkan tubuhnya ke dalam air. Mengerling tak suka pada si muka merah. “Jangan-jangan malah kau yang buang angin—biasanya yang sadar duluan, dialah yang melakukan, bukan?”

Gotcha! Siapa lagi pelakunya kalau bukan si penuduh sendiri? Tapi kasihan, wajahnya sudah terlalu matang untuk dipermalukan sekali lagi. Kali ini Naoto akan menyelamatkanmu, Nak. Berterimakasihlah pada Naoto yang begitu murah hati dan tidak sombong.

"Hey, kau. Mulai sekarang, kujuluki kau tuan kepiting! Sebab wajahmu merah!" Naoto tertawa terpingkal-pingkal hingga wajahnya pun ikut memerah, "Oke, anggap saja aku yang kentut. Kentut itu sehat, tahu," ujar Naoto lagi sambil menepuk-nepuk bokongnya ke arah tuan kepiting.

Ada bagusnya juga kejadian konyol ini. Setidaknya tidak ada seorangpun yang menanyakan soal bekas luka memanjang di dadanya ini.
Well, belum. Luka sebesar ini tak mudah disembunyikan seperti menyembunyikan kentut.

*****

Sekali lagi Naoto dibuat terbahak-bahak oleh bocah laki-laki di hadapannya yang kini sudah bergelar Tuan Kepiting, sampai-sampai dia tak mendengar ucapan Hiromi yang berusaha mengganti topik soal kentut yang cukup sensitif—bagi orang lain, bukan bagi Naoto. Bagaimana bisa Naoto tidak tertawa melihat wajah Tuan Kepiting kini benar-benar seperti kepiting rebus ditambah lagi uap air onsen yang mengepul di sisi-sisi wajahnya menambah kesempurnaan lukisan wajah kepiting rebus tersebut. Seandainya Naoto membawa kamera saat itu, dia takkan membuang-buang waktu untuk mengabadikan momen ini.

"Baik, kalau julukanku tuan kepiting, bagaimana kalau kau kujuluki "Monyet Gunung", untuk tingkah laku-mu yang norak, mau?" ujar Tuan Kepiting dengan ekspresi dingin.

Naoto tertawa lagi—kali ini hanya tertawa kecil. Bocah itu bukannya menolak malah menawarkan barter julukan! Naoto jadi merasa mulai menyukai si Tuan Kepiting—sebagai teman tentunya. Ya, orang-orang lucu yang gampang dikerjain itu menyenangkan. Membuat Naoto jadi sering tertawa. Tertawa itu sehat, tapi kebanyakan tertawa juga sebenarnya kurang bagus untuk jantung Naoto. Dan bisa-bisa membuat seseorang jadi gila. Untung saja sampai saat ini, Naoto belum tergolong anak yang perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa tersebut. Anak yang beruntung, bukan?

"Tuan Kepiting," Naoto terkekeh, "kau pintar juga memberi julukan. Aku suka! Meski sebenarnya aku lebih suka disebut Kappa Kribo seperti inti tongkat sihirku yang diberikan oleh Sei senpai yang tadi kau tuduh kentut itu. Tapi, Monyet Gunung boleh juga. Mulai sekarang kita pasangan Monyet Gunung dan Tuan Kepiting, ya! Dan gurauanku sejak tadi, jangan dimasukkan dalam hati. Oke?" Naoto dengan senyum lebar menepuk-nepuk pundak si Tuan Kepiting yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan pada senpai yang tadi digosokkan punggungnya oleh Sei senpai.

Rupanya si Tuan Kepiting seorang pemain sepakbola. Dia menanyakan soal klub-klub yang ada di Ryokubita. Wajibkah semua murid mengikuti klub? Kalau iya, Naoto terpaksa memilih klub yang tak ada hubungannya dengan olahraga, nih. Bocah itu menggaruk-garuk hidung untuk menyembunyikan ekspresi malasnya. Tak lama kemudian, seorang anak laki-laki lain yang sepertinya adalah senpai-nya juga ikut bergabung masuk ke onsen dan langsung menanggapi pertanyaan Tuan Kepiting dengan pertanyaan lain.

"Nagata-kun mau masuk klub sepakbola, ya? Keren! Hiro belum tahu mau masuk klub apa, sih. Klub di Ryokubita apa saja, sih?" Pertanyaan dari Hiromi sepertinya cukup mewakili apa yang ingin diketahui Naoto. Semoga saja ada seseorang yang berbaik hati memberikan jawaban.

"Memangnya, murid Ryokubita wajib ikut klub?" tanya Naoto akhirnya dengan nada malas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar