Selasa, 10 November 2009

Confused

Sambutlah para hadirin sekalian, pesulap dan komedian muda paling terkenal di Jepang!!
Beliau akan segera melakukan debutnya sebagai pesulap Internasional!!
Tak usah menunggu lebih lama, mari kita sambut...
NAOTO MATSUSHIMA-san!!


Tepuk tangan dari para hadirin memenuhi seluruh ruangan, sorakan-sorakan yang mengelu-elukan namanya terdengar bagai sebuah dendangan manis di telinganya. Tokyo Dome terasa seperti sedang gempa. Luar biasa. Dan di tengah-tengah panggung, kini berdiri satu sosok yang luar biasa tampan, dengan kostum hitam-hitam khas seorang pesulap. Di kepalanya bertengger sebuah topi koboi hitam mengkilat. Ada sebuah hiasan bulu perak di sisi kanannya. Pemuda tersebut kemudian mengangkat kedua belah tangannya, menyambut para penggemar setianya yang masih sibuk berteriak-teriak mengelukan namanya. Banyak dari mereka saling dorong hendak naik ke atas panggung hanya untuk sekedar memeluk atau mencium pipinya. Beberapa dari mereka sangat manis seperti halnya para model-model di majalah fashion. I'm so damn lucky~ Pemuda itu kemudian membungkukkan badannya --memberi hormat pada para hadirin. Melakukan manuver-manuver yang sebenarnya sangatlah konyol tapi terlihat mengagumkan HANYA di mata para penggemarnya yang tak kalah konyol.

Hahaha --kagum padaku bukan? Dasar bodoh, takkan ada pesulap sehebat aku. Takkan ada komedian selucu diriku. Aku kan penyihir. Tak bisa dibandingkan dengan pesulap dan komedian biasa! Ciee...

Tiba-tiba sesuatu mendorong pemuda itu dari panggung. Seorang fans, mungkin.



Pemuda konyol itu terjungkal dari ranjangnya.

Ara? Ranjang?

Bocah itu menggosok-gosok dahinya yang baru saja mencium lantai. Mimpi rupanya. Sial. Bisa-bisanya ia bermimpi tentang masa depannya di malam pertamanya menginap di Fujisaki Inn. Tsk-- Dahinya sedikit berdenyut-denyut.

"Dasar lantai. Kau begitu cinta padaku sampai mengecup kening kerenku ini, ya?" ujar bocah itu pada sang lantai --kemudian mengecupnya. Konyol.

Kebanyakan orang sulit untuk kembali tidur setelah terbangun dengan cara yang tidak biasa seperti yang dialami Naoto barusan. Begitu pula dengan bocah itu. Ia memeriksa dahinya yang kini berbercak kemerahan --berbentuk seperti bibir --serius. Nyengir melihat bayangannya di cermin, terlihat seperti Casanova. Kalau sudah begini, bukan waktunya berdiam di kamar. Bocah itu segera merapikan kaos oblongnya yang bergambar tokoh kartun atom boy dan mengenakan celana corduroy pendek warna coklat. Sip. Kakkoi nee~ Setengah berlari, bocah itu menuruni tangga menuju bar Fujisaki Inn.

Ramai.

Enak juga ya pemilik penginapan ini. Bar dan penginapannya selalu ramai sejak tadi pagi sampai semalam ini. Pasti omset bulanannya lumayan, nih. Boleh dong bagi-bagi sedikit? *ditampar

Permata browniesnya mencari-cari ke sekeliling ruangan. Mencari apa? Tempat duduk pastinya. Memang mau cari siapa? Belum ada seorangpun yang ia kenal dekat di tempat ini. Baka.

Ah! Browniesnya menemukan tempat yang tepat. Ada kursi kosong di meja yang telah ditempati oleh 3 orang. 1 diantaranya adalah anak perempuan yang cantik dengan rambut coklat menawan. 2 orang lagi laki-laki. Tak perlu penjelasan, untuk apa sesama laki-laki saling memandang? Memangnya homo?

Kedua tangan masuk dalam kantong celana, mulut menggigiti tusuk gigi, Naoto melenggang menuju meja tersebut. Benar-benar melenggang lho. Jalannya agak berirama gitu.

"Yo~ Boleh gabung, manis?" ucapnya pada si nona manis --menyisir rambut dengan tangannya, mau pamer bekas "bibir" lantai kamar ceritanya --lalu melirik sekilas pada dua anak lelaki lainnya --mengedip.

*****

"E-etto...douzo...tidak ada yang menempati kok." ujar nona manis tersebut terbata-bata.

"Arigatou, bijin-san," balas Naoto cepat dan langsung saja menghempaskan diri di kursi yang paling dekat dengannya, tepat di hadapan si nona meja. Browniesnya memandangi wajah gadis di hadapannya. Manis, kulitnya putih, rambutnya cenderung hitam dan matanya hitam sekelam malam. Terkesan misterius. Sayang sekali usahanya memamerkan 'bekas ciuman' sang lantai yang berbentuk bibir menjadi sia-sia karena si gadis muda itu tidak menyadarinya.

"Jangan gugup, aku nggak makan orang, kok," ujar Naoto, mencoba bercanda agar kegugupan gadis itu berkurang lalu menyodorkan tangannya, "Naoto, Matsushima Naoto. Salam kenal."

Tiba-tiba, sesuatu terasa membentur pelan kakinya. Spontan Naoto menggerakan kepala dan menatap ke arah kakinya.

E? Botol jus? Darimana datangnya kau botol? Masih terisi penuh pula. Lucky!

Naoto buru-buru mengambil botol itu hendak membuka dan meminumnya.

"M-maaf, permisi..."

E? Siapa?

Naoto mengarahkan browniesnya ke arah datangnya suara. Ha! Seorang anak perempuan lagi. Cool! Seumur hidup, Naoto belum pernah sekalipun dihampiri kaum eva! Padahal meski kurus, wajah Naoto terbilang tampan -sayang selera berpakaiannya nol besar. Well, jika nona mau duduk pasti dia terima dengan senang. Kalau tak ada kursi, dipangku saja. Tapi, mata anak itu bukan memandang ke arah si bocah konyol, melainkan pada botol jus yang dia pegang. Botol jus rupanya lebih menarik ketimbang Naoto. Kuso--

"Botol...Emm...Maksudnya...Itu..."

Botol heh? Ada apa dengan botol?

"Ya, nona? Ada apa dengan botol ini? Kamu juga mau? Kita berbagi saja, aku bukan orang yang pelit. Apalagi sama nona manis seperti kamu," ujar Naoto pada nona-pecinta-botol tersebut -memberi senyum menggoda dan tak lupa kedipan mata sekilas.

*****

Pertama kali Naoto ditatap oleh makhluk bernama perempuan adalah pada hari dia jatuh cinta pada Nagisa. Lupakan soal ditatap saat lahir oleh okaasan. Itu tak masuk hitungan, lho. Back to topic. Ya, Nagisa. Cinta pertamanya sekaligus patah hati pertamanya. Sebenarnya, bocah konyol ini masih belum bisa menerima keputusan sepihak dari gadis itu. Persetan dengan kekasih barunya. Apa sih yang kurang dari Naoto? Bukankah selama mereka berpacaran, Naoto tak pernah menuntut apa-apa? Malah lebih sering membuat gadis itu tertawa. Apa Nagisa lebih suka dengan laki-laki yang suka membuatnya menangis? Cih, perempuan memang sulit dimengerti.

Demikian pula dengan gadis yang berdiri di depannya saat ini. Bicara terbata-bata, putus-putus tak jelas seolah-olah sedang bicara dengan monster. Begitu juga dengan gadis yang satunya lagi. Apa perempuan jaman sekarang semua seperti itu? Blah –bodoh namanya.

"Emm...Itu...Punya saya... Tapi ya sudahlah..."

E? Jadi jus ini miliknya? Ara– Ngomong daritadi dong, Nona.

“Oh ini milikmu? Kenapa nggak langsung bilang saja. Nih, kukembalikan. Maaf, ya. Untung belum sempat kubuka,” ujar bocah itu tergelak seraya menyodorkan botol jus yang dimaksud pada nona-terbata-bata yang kini duduk di sampingnya –setelah diberikan tempat duduk oleh nona-gugup bernama Ryuna Sagara, “Lalu, siapa namamu, cantik?”

Naoto menyandarkan tubuh kurusnya ke sandaran kursi yang keras –meluruskan kakinya supaya lebih santai dan nyaman. Hmm, enaknya ngapain sekarang?

"Halo, aku Tetsuyama Ikuya, panggil saja Tetsu, sedang apa kalian di sini? Boleh ikut bergabung, eh?"

Naoto mendelik ke arah suara berat tersebut. Heran, bukankah sejak tadi bocah bernama Tetsu itu sudah bergabung disini? Bahkan lebih dulu darinya. Lantas kenapa sekarang minta bergabung lagi? Hen na– Sepertinya di Fujisaki penuh orang-orang yang aneh. Err –mungkin dirinya sendiri juga sama anehnya? Tak peduli.

"Duduk saja, Tetsu. Naoto Matsushima tidak menggigit, kok," ujarnya santai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar