Kamis, 28 Januari 2010

Bento for Kazu and Kou

Timeline : Pagi hari jam 8, satu minggu setelah seleksi asrama



Pagi itu Naoto terbangun dengan nyeri luar biasa menjalar di lengan kirinya, tepat pada bekas luka tertembus batangan es runcing yang ditembakkan oleh salah seorang pengikut NOH saat invasi terjadi pada undokai term lalu. Meski luka itu tidak meninggalkan bekas pada kulit luar Naoto, namun luka itu meninggalkan efek samping yang tidak main-main pada lengan kirinya. Setiap pagi, pemuda jangkung itu terbangun karena rasa sakit mengiris pada lengannya yang juga terjadi jika udara terlalu dingin. Sewaktu-waktu, lengan kirinya bahkan tak bisa digerakkan selama beberapa saat dan itu selalu terjadi tiba-tiba.

Pathetic.

Naoto menyesalkan kenyataan bahwa dirinya kini memiliki kelemahan tambahan pada tubuhnya; meski ia tidak menyesali keputusannya untuk melindungi Aoi dan Hasegawa saat luka itu didapatnya. Ia akan lebih menyesal bila tidak bisa melindungi kedua gadis itu. Begitu nyeri pada lengannya berangsur menghilang, Naoto bangkit dari tempat tidurnya—mengambil jaket tebal yang hangat dan keluar dari kamar diam-diam. Pemuda jangkung itu berjalan menuju ke dapur.

Memasak selalu menjadi salah satu penghibur yang mampu mengalihkan pikirannya dari hal-hal yang tak menyenangkan. Pagi itu ia berniat membuatkan dua set bento enak untuk makan siang Kazuhiro dan Kouhaku. Ia tahu, selama ia di rumah, Okaasan hanya memasakkan makanan yang enak-enak untuknya dan hanya memberikan makanan yang sederhana pada kedua adiknya itu. Meski ia sudah berkali-kali bilang pada Okaasan untuk tidak memanjakkan dirinya dengan makanan, wanita tua yang ia sayang itu tak mau mendengarnya—tak peduli meski Naoto hampir tak pernah menghabiskan makanannya.

Naoto menyiapkan dua piring nasi putih yang telah ia tanak sejak semalam. Mencampurkan cuka, garam dan gula sesuai takaran dan mengaduk nasi putih itu sehingga berubah mengkilat—siap untuk dibentuk menjadi onigiri jumbo. Puas dengan nasi cuka yang telah siap, Naoto mengambil beberapa lembar rumput laut yang akan digunakan sebagai pelengkap onigirinya; mengambil sekaleng tuna siap saji dari lemari penyimpanan. Pemuda itu pun kemudian mengambil segenggam nasi cuka dan mengisinya dengan tuna, lalu membentuknya menjadi segitiga besar dan memasangkan selembar rumput laut. Voila—satu buah onigiri tuna jumbo telah selesai dibuat, lalu onigiri kedua, ketiga dan keempat.

Pemuda jangkung itu kemudian melangkah menghampiri lemari pendingin sambil bersiul, membuka pintunya dan mengamati bahan-bahan makanan yang berjejer menggiurkan di dalamnya. Naoto mengambil dua butir telur, sebutir tomat, dua potong besar sosis dan sebutir bawang bombay—ia pun menutup kembali pintu lemari pendingin. Tomat, sosis dan bawang bombay pun kemudian berakhir menjadi potongan-potongan rapi di atas talenan berkat kelihaian Naoto menggunakan pisau dapur.

Dua kotak bento telah berjejer di atas meja dapur, masing-masing dengan dua buah onigiri jumbo di dalamnya. Naoto menjejerkan dua iris tomat pada masing-masing kotak bento dan memberikan beberapa irisan tipis ketimun sebagai penghias. Kemudian pemuda jangkung itu mengolesi bawang bombay dengan tepung terigu dan telur—menggorengnya menjadi onion ring yang renyah bersama dengan sosis yang telah dibentuk serupa gurita mini.

Naoto tersenyum lebar memandang hasil karyanya. Dua kotak bento sederhana yang lezat untuk kedua adiknya. Dengan gembira, pemuda jangkung itu mengambil dua buah serbet dan membungkus kotak bento tersebut ketika—

NYUUUUTT


—jantungnya tiba-tiba saja meminta perhatian.

PRAKKK—

Sebuah kotak bento yang ada dalam genggamannya terjatuh ke lantai dapur. Jerih payahnya hancur berantakan sekarang. Brengsek. Pemuda jangkung itu berlutut di lantai, tangan kanannya meremas dada kirinya dengan gemetar sementara tangan kirinya menopang tubuhnya yang membungkuk. Naoto menggigit bibir bawahnya untuk menahan sakit—mengumpat kesal dalam hati. Berharap dia takkan ambruk disana.

Jangan sekarang.

Fukupi, jantungku kambuh. Bawakan obatku ke dapur, tolong.

Rabu, 27 Januari 2010

Ikuya? - yes I AM !

Naoto tak pernah menyangka bahwa dia begitu merindukan Ryokubita seperti ini. Dia berbaring terlentang di atas sofa yang tersedia di common room dengan Fukupi bertengger di dahinya. Bau harum ichigo daifuku menguar lembut dari tubuh mungil si hamster kecil. Rasanya sudah lama sekali dia tidak mencium aroma enak tersebut, bukti betapa dia merindukan hari-harinya di Ryokubita. Di tempat di mana dia bebas melakukan apa pun tanpa nasehat-nasehat berlebihan dari Okaasan, tanpa larangan ini-itu yang membuatnya merasa seperti dalam penjara.

Disini Naoto adalah anak yang bebas. Yahooo!

PLAKK

Siapa bilang bebas? Bukan berarti kau bisa seenaknya menyakiti diri sendiri disini.

Fukupi tiba-tiba memukul pelipisnya dan mulai marah-marah seperti biasanya. Tidak sakit, tentu saja. Hanya sedikit mengejutkan. Hampir saja Naoto lupa bahwa hamster kecil ciptaannya itu memiliki kecenderungan sebagai hamster tsundere jika sedang bersamanya. Dendam karena Naoto menciptakan dia bukan seperti hamster normal tapi lebih seperti boneka hamster berwarna biru muda dengan aroma daifuku dan telinga yang lebar.

Kenapa, sih? Bukan berarti aku mau membunuh diriku sendiri, kan?

Kau pikir sudah berapa kali kau nyaris mati selama satu tahun kemarin?!"

Naoto mendengus kesal. Mengangkat Fukupi dari keningnya dan kemudian mengangkat tubuhnya untuk duduk bersandar. Dengan gemas ditiupnya hidung mungil Fukupi yang bergerak-gerak saat hamster kecil itu bernafas. Hamster kecil itu langsung menggosok-gosok hidungnya dan memejamkan mata.

STOP! Kau tahu Fuku tak suka ditiup begitu, kan!

Fukupi menggigit jari Naoto yang menggenggamnya dengan keras sehingga pemuda jangkung itu melepaskan pegangannya karena kesakitan. Bekas gigitan Fukupi mengeluarkan darah segar yang langsung dihisap oleh Naoto. Pemuda jangkung itu menatap marah pada Fukupi, bibirnya mengerucut.

Sekarang main gigit, nih?

Hamster kecil itu membuang muka lalu pergi meninggalkan Naoto entah kemana. Kesal karena keserampangan Naoto pada kondisi tubuhnya sendiri. Tumbang saat pelajaran olahraga tahun lalu, tumbang saat bermain dengan Tomoe dan terakhir tumbang saat NOH menyerang Ryokubita saat undokai tengah berlangsung. Yang terakhir itu bukan salah Naoto. Pemuda jangkung itu hanya berusaha melindungi Aoi dan Hasegawa, tak menyangka bahwa sebuah batang es akan mendarat menembus lengan kirinya dari belakang. Untung saja guru-guru yang memiliki kemampuan penyembuh langsung mengobati lukanya sehingga sama sekali tak meninggalkan bekas.

Meski meninggalkan bekas yang tak terlihat. Lengan kirinya kini cacat; sewaktu-waktu kehilangan kemampuan untuk bergerak; sewaktu-waktu memberikan rasa sakit yang amat sangat jika digunakan terlalu berat. Brengsek.

NOH.

Kemunculan NOH benar-benar mengubah cara berpikir Naoto tentang sihir. Pemuda jangkung yang semula berniat mempelajari sihir untuk menunjang karirnya sebagai pesulap, kini menyadari bahwa dia harus mempelajari sihir untuk tujuan lain yang jauh lebih penting. Melindungi orang-orang yang ia sayangi—terlebih lagi kedua adiknya sekarang berada di sekolah yang sama dengannya.

Browniesnya berpaling ketika menangkap satu sosok yang ia kenal sedang berdiri di depan pintu asrama Sakura dan meneriakan nama Ikuya. Ah, laki-laki berkacamata yang bekerja dadakan sebagai fotografer jalanan itu rupanya. Laki-laki yang sosoknya mengingatkan Naoto pada Tetsu saat di Mahou no Tsue Shop. Sepertinya laki-laki yang bermarga Shibasaki itu dan Tetsu memang memiliki hubungan darah. Sepertinya. Hanya sebuah asumsi dari seorang Naoto.

Pemuda jangkung itu tak habis pikir ketika Shibasaki tiba-tiba saja melayangkan tinju ke wajah Tetsu, bahkan sebelum berbicara apa-apa. Naoto segera beranjak dari duduknya, bergegas menghampiri kedua orang yang kini terlibat dalam baku hantam yang tak jelas alasannya.

"Ada apa ini?" ujar Naoto keras sembari menarik pundak Shibasaki. "Jangan sembarangan memukul temanku, Shibasaki."