Rabu, 09 Desember 2009

Awal Terciptanya Fukupi

Dengan penuh semangat Naoto menghadiri kelasnya hari ini. Kelas mantra tentunya adalah sebuah bekal yang amat sangat penting bagi seseorang yang bercita-cita menjadi pesulap komedian yang sukses di masa depan. Bukan pesulap ajaib jika tidak bisa merapalkan mantra yang benar-benar mantra. Bukan sekedar abrakadabra biasa, atau sim salabim biasa seperti yang sering diucapkan oleh pesulap-pesulap yang non penyihir. Bocah itu sedikit berharap pelajaran hari itu bukanlah teori yang perlu membuka buku teks—yang selalu berhasil membuatnya tertidur pulas. Maka dari itu, bocah itu sangat girang ketika sensei yang mengajarkan mantra meminta mereka mengubah sebuah daifuku yang terlihat lezat menjadi seekor tikus. Lebih girang lagi saat sensei memberikan contoh langsung di depan mata murid-muridnya.

"Sugoi!!" ujarnya penuh semangat sembari mengeluarkan tongkat sihirnya dari dalam saku kimononya. Dengan tatapan serius, Naoto memandangi tongkatnya—tanpa sadar bibirnya sedikit maju membentuk kerucut sepanjang dua sentimeter (kalau panjang-panjang nanti bisa-bisa Naoto direkrut jadi gurita).

"Hey, Kappa Kribo! Kau harus bantu aku mengubah daifuku ini menjadi tikus sungguhan, ya! Jangan buat aku malu! Buktikan dirimu itu memang partnerku yang hebat!" Naoto memelototi tongkatnya dengan tampang serius kemudian dengan penuh semangat diayunkan Kappa Kribo (tongkat sihirnya, red) pada daifuku di atas mejanya.

"Ling gulang guling—," terdiam sesaat saat menyadari dia harus menggunakan kalimat dalam bahasa Jepang yang baik dan benar—berdeham, "Nezumi-chan, Nezumi-kun. Kono daifuku ni tamashii wo ageru*!!"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

...



Daifukunya tidak berubah sama sekali. Naoto dengan penasaran mengangkat daifuku tersebut ke depan wajahnya, meniup-niupnya pelan dan tiba-tiba daifuku itu membuka matanya dan berkedip-kedip! MATA! DAIFUKUNYA BERMATA!!

"Wooow!! Sugeee—" ujar Naoto masih terpesona.

"Halo."

Suara siapa itu? Naoto menoleh ke kanan dan ke kiri. Tak ada seorang pun yang sedang mengajaknya bicara. Dengan bingung dia kembali menatap daifukunya yang kini punya sedang tersenyum memamerkan gigi-giginya. Daifukunya yang tadi bicara?

Hee?!!

Daifukunya benar-benar hidup!! Sugeee—

"Halo, daifuku-chan!"
ujarnya membalas sapaan si daifuku yang kini hidup kemudian mengelus-elusnya.




Sei-saja itu rupanya benar-benar hebat memilihkan tongkat sihir untuknya. Naoto masih ingat kalau tongkat sihir Kappa Kribonya ini bagus untuk mantra perubahan dan mantra ilusi. Dan lihat sekarang, dengan satu ayunan dan serangkaian mantra, daifukunya punya mata dan bisa bicara! Luar biasa, bukan? Sepertinya sebagian kecil dari jiwa Naoto terkirim masuk dalam daifuku tersebut. Aneh.

"Halo," ujar si daifuku sambil tersenyum dan mengerjap-ngerjapkan matanya pada Naoto yang masih sibuk mengelus-elus dan menatapnya terpesona. Daifuku itu masih bisa dimakan, lho. Tapi siapa yang tega memakan daifuku yang kini berjiwa itu?

"Halo juga Daifuku-chan," balas Naoto dengan cengiran riang, "Ngomong-ngomong, aku harus mengubah wujudmu menjadi tikus. Tapi, aku tak terlalu suka tikus. Bagaimana kalau hamster? Lagipula kalau dalam wujud seperti ini terus, kau lama-lama bisa membusuk."

Daifuku di hadapannya hanya mengedip-ngedipkan kedua matanya menandakan setuju dengan usul tersebut. Bagaimanapun, wujud hamster jelas lebih imut ketimbang tikus, apalagi tikus got yang hitam. Hiiy—Naoto tidak takut dengan tikus, sih tapi jijik karena tikus itu kotor dan baunya luar biasa.

"Fuku mau jadi hamster berwarna krem muda bergaris putih,"
ujar si daifuku meminta pada bocah yang sedang memegangnya itu.

Itu sih terlalu biasa. Aku suka warna biru muda.

Hey! Mana ada hamster berwarna biru muda?!

Lho, kau bisa telepati juga? Meccha sugee—

Pokoknya jangan biru muda! Fuku ini betina, lho!

Aku suka warnanya. Memang, sih belum ada hamster berwarna seperti itu. Tapi, sekarang akan ada!


Dengan cepat, Naoto menyambar Kappa Kribo dari atas mejanya dan mengayunkannya berlebihan dengan gaya norak. Meniru gerakan ibu peri di film kartun Cinderella.

"Hamusuta-chan, hamusuta-pyon. Daifuku no katachi, aoi hamusuta- ni kaemasu!!"

Huwaaaaaa—

Perlahan wujud daifuku itu berubah warna menjadi biru muda yang lembut lalu kumis tipis mulai tumbuh di bawah matanya. Sedetik kemudian, telinga mungil mencuat di atasnya dan tak lama kemudian daifuku itu telah sempurna menjadi seekor hamster biru muda seperti dalam bayangan Naoto. Hanya saja, hamster tersebut masih beraroma daifuku strawberry.

Jahat. Fuku bukan boneka! Hiks—

Jangan menangis. Wujudmu sangat manis, kau tahu? Dan namamu itu Fuku?

Manis seperti tersiram cat air begini?! Ya, namaku Fuku. Kenapa memang?

Fukupi lebih bagus. Oke?

^@&*&#(&*@_


Naoto memperhatikan sekali lagi wujud hamsternya. Sepertinya ada sesuatu yang kurang pas di hati Naoto dari bentuk hamsternya ini. Ya, telinganya terlalu kecil. Kalau telinganya lebar seperti dalam komik, pasti akan lucu sekali!

Jangan bodoh! Fuku ini hamster, bukan tokoh komik!

Naoto tak menggubris kata-kata protes dari Fukupi. Sekali lagi bocah tersebut membayangkan wujud yang diinginkannya dan mengayunkan Kappa Kribo ke arah kuping mungil Fukupi.

"Mimi-no, Mimi-ni. Kono mimi wo hirogatte!"

Dan perlahan kuping mungil Fukupi seperti mekar, membesar kira-kira sepuluh kali lipat ukuran awalnya. Membuatnya terlihat seperti tokoh Minnie Mouse. Dengan puas, Naoto mengecup kening sempit Fukupi yang cemberut. Ternyata sihir perubahan itu mudah, hanya perlu konsentrasi membayangkan wujud yang diinginkan dan serentetan mantra berima yang cocok dengan perubahan yang diinginkan. Voila! Bayangan itu terwujud begitu saja.

Kau ternyata tuan yang bodoh, gila, abnormal!

Tapi, akulah tuanmu, Fuku-pyon.

Fukupi saja sudah memalukan! Jangan panggil aku Fuku-pyon! Bodoh!

Ya, ya.


Meski marah-marah, Fukupi menurut saja ketika Naoto memasukkan dirinya ke balik lipatan kimono di dadanya dan melenggang keluar kelas. Tugasnya sudah selesai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar